Mengkritik
Sistem Pendidikan Saat Ini
“Pendidikan
adalah sebagai usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.”
Tapi benarkah itu semua ?
Benarkah pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi diri seorang siswa. Dari
yang saya lihat selama ini adalah bahwa pendidikan hanya bertujuan untuk
menghancurkan kreativitas anak, bahkan penghancuran ini sudah dimulai sejak
kita masih berada di TK maupun sekolah dasar. Sebelum masuk sekolah kita
sebagai anak-anak pasti memiliki khayalan yang tinggi, kebebasan tanpa adanya
kekangan dari apapun, dan kita memiliki rasa tidak takut salah. Tetapi semua
itu berubah sejak kita masuk ke dalam lingkungan pendidikan, kita semua dibuat
takut oleh guru, dibuat takut akan kesalahan. Contohnya saja saat kita
melaksanakan ulangan, murid manapun yang sedang menghadapi ulangan pasti takut
bahwa jawabannya akan salah, takut apabila nilai rendah akan membuat orang tua
marah, takut apabila nilai di rapor merah akan membuat kita tidak naik kelas. Saya
tau bahwa hal itu memang dibutuhkan, tapi secara tidak sadar hal itu akan
membunuh kreativitas siswa. Bukan hanya itu saja, sadar tidak sadar sistem
pendidikan kita mengajarkan bahwa apabila kita tidak dapat meguasai apa yang
diberikan sekolah maka kita tidak akan dapat sukses, kita terikat pada
peraturan ini, kita terikat pada peraturan yang dapat membunuh kreativitas
kita.
Sadarkah kalian, bahwa sekolah hanya
membuat anak didiknya menjadi stress, terkekang pada sesuatu membuat kita
menjadi stress. Kalau ditanya terkekang oleh apa, jelas saya akan mengatakan
bahwa kami terkekang oleh peraturan yang sangat membodohi diri kami sendiri.
Picasso mengatakan “Semua anak itu lahir sebagai orang yang luar biasa.” Kalau
lahir sebagai orang yang luar biasa lalu kenapa masih saja ada pengangguran di
luar sana dan masih saja ada anak-anak kecil yang mengemis. Sebagai anak yang
luar biasa kita seharusnya dapat meraih mimpi kita, tetapi sadarkah kalian
bahwa di luar sana terdapat banyak anak-anak yang tidak tercapai mimpinya
karena menyerah. Mungkin di antara mereka ada yang berpikiran seperti ini, “Gak
usah ketinggian lah mimpinya, hadapi aja realita yang ada.” Para pembaca
sekalian mau tau salah satu penyebab dari kasus ini, tidak lain dan tidak bukan
adalah sistem pendidikan sendirilah yang merupakan biang keroknya. Selain itu
juga tekanan bahwa akan menjadi apa kedepannya juga yang membuat para siswa
menjadi stress, karena terbebani oleh tanggung jawab ini. “Yang belajar
matematika belum tentu menjadi ahli hitung dan yang belajar bahasa belum tentu
menjadi ahli bahasa.” Jelas sekali bahwa apabila nilai dari pelajaran yang kita
kurang sukai rendah dikarenakan pemahaman yang kurang ataupun kita tak memiliki
kelebihan dalam bidang itu, tetapi bukan berarti saya berkata bahwa kita harus
menyerah apabila mendapat nilai yang rendah, karena semua orang dapat menjadi
apapun asal memiliki usaha. Tapi yang saya tegaskan disini adalah bahwa sistem
pendidikan memaksa kita untuk terus mengikuti apa yang dia katakan, kita tidak
bisa melawan. Akibatnya selama 12 tahun sekolah wajib kita hanya akan menjadi pesuruh
sistem pendidikan, kita tak dapat melawan aturan yang diberikan, dan akhirnya
terkekanglah kita hingga lulus.
Selama menelusuri pencarian bahan artikel
ini saya menemukan sesuatu yang lucu, dalam sebuah komentar video pendidikan,
salah satu akun mengatakan bahwa “terpuruknya pendidikan Indonesia, karena Indonesia masih
menganut sistem DDCH (duduk diam catat hafal). hampir semua teori kita pelajari
(hafal), lalu test uji pemahaman dgn cara copy paste apa yg telah kita
pelajari. dari sini siswa tidak paham mengapa kita harus mempelajari banyak hal
tersebut, kebanyakan guru tidak mendekatkan teori dengan realitas terdekat
kita.” Dan yang dikatakannya benar, dalam pembelajaran sekolah kita diberikan
banyak sekali materi oleh guru dan kita sebagai murid tak bisa memilih mana
materi yang kita suka maupun yang tidak kita suka. Dalam memberikan materi
kebanyakan guru akan melakukan metode DDCH, sang guru tak memikirkan akan
seperti apa nilai yang muridnya dapatkan dalam pelajaran lain, sedangkan dia
hanya memikirkan nilai muridnya dalam pelajarannya sendiri. Akhirnya sang murid
akan merasa terbebani karena tugas dan hafalan dari berbagai macam pelajaran,
belum lagi dengan adanya ulangan pada saat-saat tertentu. Murid akan merasa
dirinya sangat bodoh, tak punya kelebihan, dan tak punya masa depan. Murid
sangat mudah terpikirkan hal itu saati ini, dikarenakan system pendidikan yang
sifatnya memaksa dan mengatur pola pikir si murid.
Dengan
fakta-fakta serta opini saya diatas bukan berarti pendidikan itu adalah hal
yang tidak penting. Pendidikan itu penting, tetapi konsepnya yang harus diubah.
Selain itu masalah pendidikan di Indonesia bukan melulu salah sistem pendidikan,
banyak juga faktor lain yang mempengaruhinya. Dengan demikian berakhirlah
artikel ini. Jangan lupa untuk mengembangkan bakat kalian dan cari tau apa yang
kalian inginkan. SELAMAT BERJUANG !!!